Minggu, 21 Februari 2016

0

Rabu, 08 April 2015

Waduk Sempor

  Bendungan Sempor Pernah Jebol
Pada saat itu bendungan Sempor belum dilengkapi dengan spillway sehingga pengaturan aliran air hanya dilakukan lewat pintu air dengan kunci yang dipegang seorang petugas.

Salah satu saksi mata Mandikromo (83) menceritakan, suatu hari terjadi hujan deras mengguyur kawasan waduk. Sehingga volume air waduk Sempor meningkat. Sekitar pukul 22.00 bendungan pun jebol mengguyurkan jutaan meter kubik air ke Sungai Jatinegara hingga menggenangi kawasan Gombong utara dan barat.

"Karena kejadiannya pada malam hari banyak warga yang tinggal di bawah waduk tidak bisa menyelamatkan diri," ujar warga Desa Kaliputih, Kecamatan Sempor kepada Suara Merdeka, Senin (6/4).

Bapak dari enam anak dan 24 cucu itu mengenang, banyak pemuda yang pulang dari perantauan menjadi korban. Sebab peristiwa itu terjadi menjelang bulan puasa. Pria yang juga ikut menjadi tanaga kasar pada proyek itu menceritakan, setelah tragedi tersebut pembangunan waduk sempat mangkrak selama 15 tahun.

Sebelumnya, bekas waduk merupakan pemukiman warga. Pembayaran ganti rugi tanah untuk proyek tersebut sudah dimulai tahun 1958. Sedangkan warga yang tanahnya dibebaskan kemudian bertransmigrasi ke wilayah Sumatera yakni Riau dan Jambi. "Pada waktu sebagai tukang kayu ia mendapakan upah antara Rp 20-25 dengan harga beras masih Rp 3/kg," katanya.

Guna mengenang peristiwa tersebut, pemerintah membangun monumen di Waduk Sempor. Selain daftar korban jebolnya waduk Sempor, monumen yang diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Prof DR Ir Sutami pada Maret 1978 itu juga dituliskan nama-nama pekerja proyek yang meninggal saat pengerjaan proyek tersebut.

Dari kurun waktu tahun 1961 hingga 1977 tercatat jumlah korban yang meninggal di lokasi proyek itu sebanyak 11 orang. Sayangnya monumen di kawasan waduk yang terletak enam kilometer sebelah utara Gombong itu kini dalam kondisi tidak terawat. Kondisi itu diperparah dengan ulah tangan jahil pengunjung yang mencorat-coret monumen bersejarah tersebut. Padahal monumen itu dapat mengingatkan pada peristiwa itu dan berusaha agar peristiwa yang sama kembali terulang.

HAMPARAN air beriak kecil dalam sebuah wadah alam yang sengaja dibuat oleh manusia atau biasa disebut dengan istilah waduk, yang menyatu dengan perbukitan hijau disekitarnya, merupakan pemandangan cantik yang bisa kita temui di obyek wisata Waduk Sempor, sebuah obyek wisata yang menyimpan beribu pesona dan cerita. Sangat mudah dijangkau dengan alat transportasi darat, alam permai yang tak kalah indahnya dengan obyek wisata di daerah lain ini, bisa kita nikmati dengan seksama.

Obyek wisata Waduk Sempor memang bukanlah nama yang asing lagi bagi dunia kepariwisataan kita. Dibalik fungsinya sebagai sarana irigasi teknis bagi ribuan hektar sawah di wilayah Gombong, waduk ini juga menyimpan potensi yang besar sebagai obyek wisata. Selain daya tarik alamnya yang begitu besar, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan berbagai sarana pendukung, antara lain wisma-wisma penginapan yang bisa disewa secara perorangan maupun rombongan. Selain sebagai obyek berwisata, tempat ini juga cocok dijadikan tempat untuk seminar, rapat kejra dan kegiatan lainnya, karena selain tempatnya tenang, juga memiliki sarana yang memadai untuk kegiatan tersebut.

Daya tarik utama obyek wisata ini adalah alamnya. Waduk seluas puluhan hektar yang terletak di Desa Sempor, Kecamatan Sempor ini, bila diamati begitu mirip sebuah danau alam yang dipagari oleh perbukitan. Perbukitan tersebut ditanami ribuan batang pohon pinus oleh Perhutani yang dalam waktu-waktu tertentu disadap getahnya. Dengan dukungan iklim yang memiliki curah hujan cukup melingkari sang "danau". Walhasil, harmoni alam yang tercipat dari perpaduan waduk dengan sang sabuk hijau merupakan lukisan hidup yang begitu mempesona. Melihat riak-riak air di danau buatan itu, ketenangan seakan menyelusup ke dalam jiwa sanubari kita. Menatap hamparan pinus, sepertinya kita mendapatkan kesejukan dan keteduhan yang tiada tara. Mendapatkan suguhan yang sungguh memperkaya batin seperti itu, seolah diri kita enggan beranjak dari tempat ini. (http://www.kebumenkab.go.id)
Read More
0

Sejarah Desa Selokerto

Sejarah Desa Selokerto - Desa Selokerto merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Dengan menghargai nilai-nilai sejarah dan budaya tentang awal mula terbentuknya Desa Selokerto ini...

bersambung dulu juragan..... :)


Read More

Kamis, 18 Februari 2016

0
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ma’arif 2 Gombong didirikan pada tahun 1994 dengan SK Pendirian Nomor 525/1.03/I/1994 tertanggal 5 September 1994. Sekolah yang bernaung dalam Lembaga Pendidikan Ma’arif NU ini terletak di Jl. Kemukus No 96 B Gombong, Kebumen, Jawa Tengah.

Sekolah kebanggaan warga Nahdliyin ini telah meraih sertifikat ISO 9001:2008 pada tahun 2013. Artinya, SMK Madugo dianggap memenuhi standar internasional di bidang sistem manajemen mutu.

Pada awal berdirinya, sekolah ini bernama Sekolah Teknologi Menengah (STM) Ma'arif Gombong yang berbantuan sebagai sekolah swasta yang beralamat di Jalan Kemukus No. 96 B Gombong. Pada Tahun 1995 Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengubah nama dan status STM menjadi SMK.

Pada tahun pelajaran 1995/1996 sekolah tersebut berganti nama STM Ma’arif 2 Gombong menjadi SMK Ma’arif 2 Gombong di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kabupaten Kebumen.

Sejak saat itu pergantian pimpinan sekolah dapat diurutkan sebagai berikut :
Tahun 1994 s.d. 1995 dipimpin oleh Bapak Drs. Muhadi
Tahun 1995 s.d. 1996 dipimpin oleh Bapak H.M. Yasin Nurul Hadi
Tahun 1996 s.d. 2002 dipimpin oleh Bapak Suwardjo, S.Pd.
Tahun 2002 s.d. 2004 dipimpin oleh Bapak H. Ahmad Salimun, S.Ag.
Tahun 2004 s.d. 2008 dipimpin oleh Bapak Chrisna Satriyo Nurtomo
Tahun 2008 s.d. 2009 dipimpin oleh Bapak Imam Sulistiyono, S.Pd.
Tahun 2009 dipimpin oleh Bapak Ngadino, S.Kom. hingga sekarang

SMK Ma'arif 2 Gombong dari tahun ke tahun selalu meningkat prestasinya dengan slogannya Langkah Maju Mengejar Mutu, SMK Bisa..!!
Read More
0

Los Pakualamos ( LSPKLMS ) Hip-Hop from Yogyakarta


Los Pakualamos - adalah sebuah grup hiphop-oldschool asal yogyakarta,nama LOS PAKUALAMOS diambil dari salah satu lokasi di Yogyakarta, yaitu Pakualaman, Yogyakarta.

Musik Seperti ini yang bikin bersemangat, dengan itonasi dan lirik yang nyeleneh, mendengarkan lagu-lagu dari Los Pakualamos tidak pernah bosan, memang pada dasarnya lagu hipHop dan Rap seperti ini tidak membosankan.

Beberapa Personilnya Antara Lain ( 11 MC Satu Kendali ) :
-Hollyshit31
-BBO
-Nansdidos
-Mista.O
-Real One
-Carlyso
-El Blanco
-Kids Diro
-Mashow
-Echak/Eckano
-Murder.X

Untuk lagu-lagunya dijamin enak gan, dijamin bikin ketagihan buat muter terus. Los Pakualamos menggunakan bahasa Inggris-Indonesia untuk menyusun beberapa liriknya.

Beberapa Contoh lagunya (Bener-bener asik nih)
1.Get My Way

2.Jump Around

3.Life Street on My Way

4.We Are Famila

5.Stil Godbless
6.Bullshit
7.This is My Day
8.Hollyshit




Contact:
reverbantion.com/lospakualamosykc
facebook.com/Los Pakualamos
twitter.com/LOSPAKUALAMOS
Read More
0

Selasa, 19 Februari 2013

KERKHOFF DI DESA SEMANDING, GOMBONG





Beberapa ratus meter dari benteng Van der Wick ke arah Timur ada areal pemakaman Belanda (Kerkhoff) yang saat ini sudah bercampur dengan makam penduduk. Areal pekuburan Belanda ini tidak jauh dari lingkungan rumah penduduk. Namun areal pekuburan ini tidak bisa disebut secara resmi Kerkhoff karena telah bercampur dengan lokasi pekuburan warga masyarakat di sekitarnya.


Penjaga makam saat ini dipercayakan pada seorang kakek berusia 78 tahun bernama Karmin. Lelaki renta itu menemani penulis sekedar berkeliling lokasi pekuburan dan memberikan informasi yang dia tahu mengenai keberadaan kuburan Belanda tersebut.
Kondisi areal pemakaman Belanda ini sungguh memprihatikan dan tidak terawat. Semak-semak tinggi menutupi sejumlah lokasi pekuburan Belanda. Banyak situs penting hilang dan rusak karena faktor kelalaian dan kejahatan. Faktor kelalaian adalah kurangnya pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab dengan keberadaan makam tersebut dimana ada sejumlah makam yang jatuh ke sungai karena tergerus abrasi air sungai. Sementara faktor kejahatan adalah pencurian situs makam al., patung-patung dan batu-batuan tertentu.

Melihat eksistensi Kerkhoff yang berkaitan dengan keberadaan Benteng Van der Wijk dan satu-satunya di wilayah Gombong, Kebumen maka sudah selayaknya pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait dapat melakukan pengelolaan Kerkhoff menjadi bagian situs budaya penting yang dilindungi.

Berkaca dari keberadaan Kerkhofflan (sekarang Taman Prasasti di Tanah Abang) di zaman Belanda saat ini dijadikan lokasi museum dan cagar budaya yang dikelola pemerintah[1] atau belajar dari keberadaan Kerkhoff Peutjoet di Banda Aceh yang dijadikan situs cagar budaya oleh sebuah yayasan di Belanda yang anggotanya eks marsose Belanda[2], maka keberadaan Kerkhoff di sekitar Benteng Van der Wick dapat dijadikan lokasi cagar budaya yang dilindungi dan dikelola dengan lebih profesional sehingga dapat memperkenalkan pada para pengunjung bentuk-bentuk pekuburan Belanda.
Yang menarik saat penulis berjalan mengelilingi areal pemakaman Belanda, ternyata ada sejumlah nama beretnis Tionghoa yang dikebumikan di sana dengan topi baca diletakkan di atas pusaranya. Namanya Liem Tjoen Sioe Fx Joesi Utomo. Tetulis dalam nisan informasi Pelda Purn Polri lahir 04-06-1928 dan wafat 26-07-1985).
Bisa jadi beliau dahulunya pejuang kemerdekaan yang berkarir paska kemerdekaan sebagai polisi atau hanya polisi beretnis Tionghoa, namun keberadaan makam beliau memberikan petunjuk bahwa etnis Tionghoa pun dahulu ada yang terlibat dalam perjuangan dan mengambil karir sebagai polisi dan tidak membatasi diri hanya di bidang perdagangan. Perjuangan kemerdekaan merupakan tugas seluruh elemen masyarakat, apapun etnisnya. Pusara polisi beretnis Tionghoa ini memberikan bukti keterlibatan dalam perjuangan melawan penjajah.
Di bagian lain areal pemakaman ada satu lokasi pemakaman yang agak berbeda dan menyolok sendiri dengan nama Van der Rust Plast dan tertulis data 1910. Nampaknya tulang belulangnya sudah di bawa oleh anggota keluarganya ke Belanda namun sayangnya lokasi makam yang kosong dijadikan pembuangan sampah oleh warga setempat. Nampak sekali kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghormati lokasi makam bersejarah dan kurangnya pengawasan pihak-pihak terkait dengan keberadaan Kerkhoff tersebut.



Kiranya pemerintah daerah dan pihak-pihak pengelola yang terkait dengan keberadaan Benteng Van der Wick dapat mempertimbangkan keberadaan Kerkhoff menjadi bagian situs cagar budaya yang dilindungi dan dirawat demi pelestarian pengetahuan sejarah bagi anak cucu kita.
Sumber :
Read More

Jumat, 12 Februari 2016

0

 

 

 

 

 

SEJARAH TERBENTUKNYA GOMBONG
Saya Sulistyorini Tri Utami tinggal di wilayah Gombong kabupaten Kebumen. Gombong sendiri sudah dapat dikategorikan kota karena sebagian besar penduduknya tidak bekerja sebagai petani tetapi penduduknya bekerja dalam suatu lembaga-lembaga tertentu atau para penduduknya sebagian besar bekerja sesuai keahlian dan kepandaiannya seperti TNI-AD, guru, bidan, dll. Di Gombong pemuda-pemudanya mudah berbaur dengan sesama pemuda disana serta para pemudanya aktiv dalam suatu organisasi didaerahnya seperti organisasi panitia remaja, organisasi cabang ranting muhammadiyah, dll. Gombong juga mempunyai sejarah bagaimana adanya Kota Gombong saat ini.
Gombong adalah sebuah kecamatan yag termasuk wilayah Kebumen yang terletak di Jawa Tenga. Nama Kebumen  berasal dari  kata “kebumian” yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi. Setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumi Dirja atau Pangeran Mangku Bumi dari Mataram pada tanggal 26 Juli 1677 saat berkuasanya Sunan Amangkurat 1. Sebelumnya daerah ini tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam  penyerbuan Prajurit Mataran ( zaman Sultan Agung ) ke benteng pertahanan belanda di batavia. Saat ini kebumen masih bernama pajer, seorang cicit Pangeran Senopati yaitu bagus Bondronolo yang dilahirkan di desa Karanglo, Pajer. Atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataran yang bertugas pengadaan logistik dan berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi, bessar artina pada Prajurit Mataram., sebagai bentuk penghargaan dari Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian di angkat sebagai Bupati Panjer pada saat itu. Sedangkan Bagus Bodronolo dikirim ke Batavia sebagai Prajurit pengawal pagan. Adapun selain daripada tokoh di atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama Joko Sangrib, ia adalah putra Pangeran Puger/Paku Buwono I dari Mataram, dimana ibu Joko Sangrib masih adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia memiliki nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung Yosodipuro I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan yang ada di daerah Banyumas, karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan gelar Tumenggung Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya. Dalam Babad Kebumen keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah berkat usulannya.
Di dalam Babad Mataram disebutkan pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang Mataram/Perang Pangeran Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit Dalam di Karaton Surakarta. Di dalam perang tersebut hal yang tidak masuk akal adalah ia tidak menyerah ke Pangeran Mangkubumi,yang seharusnya berpihak ke Pangeran Mangkubumi karena beliau termasuk putra Paku Buwono I/ Pangeran Puger. Ternyata ia bertugas sebagai mata2 penghubung antara pihak Kraton Surakarta dengan Pengeran Mangkubumi, pada tiap2 waktu ia sabagai utusan Kraton Surakarta untuk membawakan biaya perang kepada Pangeran Mangkubumi. Cara membawa biaya perang tersebut yang dalam bentuk emas dan berlian yang dimasukkan di dalam sebuah Kendang besar, tidak ada satupun yang tahu, baik Belanda,para punggawa Kraton Solo maupun para prajurit pihak Pangeran Mangkubumi sendiri. Cara membawanya dengan diselempangkan di belakang badannya sambil naik naik kuda, begitu berhasil menembus posisi yang dekat dengan Pangeran Mangkubumi maka dengan cepatnya Kendang tersebut ditaruh di dekat Pangeran Mangkubumi, kemudian pergi lagi. Demikian pada tiap2 waktu Arungbinang melaksanakan misi rahasia tersebut, sehingga perang Pangeran Mangkubumi mendapatkan biaya, bahkan peperangan ini ada yang menyebutkan sebagai perang Kendang. Tampaknya alasan inilah yang membuat posisi Arungbinang sebagai utusan rahasia. Tugas seperti itu dilakukan berulangkali.
Kebumen sebelah barat berbatasan dengan KAB Banyumas dan Cilacap, sebelah timur berbatasan dengan Wonosobo, Purworjo, sementara sebelah selatan berbatasan dengan Samudra hindia. Nama Gombong yang merupakan bagian dari wilayah Kebumen berada di selatan Kebumen. Gombong merupakan suatu daerah yang terdiri dari pegunungan kapur yang membujur hungga pantai selatan, dimana banyak gua stalaktit dan stalakmid. Sedangkan Pada masa perjuangan Pahlawan Diponegoro (1825-1830) nama desa Gombong belum ada, tetapi namanya adalah dukuh Giyombong. Nama dukuh tersebut berasal dari nama kepala Desa
Karena didudukinya daerah Banyumas oleh Kompeni Belanda, Kyai Gombong Wijaya menyingkirkan diri si suatu daerah tak bertuan di sebelah barat kemit dan menetap disitu, bersama pengikutnya. Beliau selaku ketua rombongan sekaligus sebagai bekel atau Kepala Dukuh. Selanjutnya beliau disebut Kiyai Giyombong. Para pendatang maupun pengungsi dari daerah-daerah yang sudah tidak aman karena telah diduduki oleh kompeni atau Belandapun singgah ke dukuh Giyombong. Baik untuk tinggal sementara maupun menetap menjadi penduduk dukuh Giyombong yang dipimpinnya. Dari Banyumas, Belanda semakin terdesak dan akhirnya mengambil siasat untuk mendirikan pertahanan di sebelah dukuh Giyombong yang mulai ramai oleh penduduk, dan belum banyak diketahui keberadaannya itu. Belanda pun mendirikan pertahanan berupa benteng yang nantinya akan dipakai untuk berlindungnya pasukan yang terdesak dari pertempuran di sekitar Banyumas dari pertempuran di sekitar Banyumas dan Ngijo (sekarang ijo). Dalam pembangunan benteng pertahanan itu, Belanda memaksa masyarakat dukuh Giyombong untuk kerja rodi atau kerja paksa bahu membahu mendirikan benteng, yang nantinya benteng itu diberi nama Benteng Van Der Wijck. (Kini terkenal sebagai salah satu obyek wisata Kabupaten Kebumen dari Gombong yang terkenal).
Kiyai Giyombong atau bekel dukuh Giyombong sebagai kepala dukuh merasa kasihan melihat penduduknya yang setiap hari kerja rodi tanpa upah, dari pagi hingga petang, yang menyebabkan kelaparan disana-sini karena sawah tidak ada yang menggarap, dan kalau persediaan makanpun telah diambil oleh Belanda. Hal itu membuat penduduk dukuh Giyombong menderita.Namun, ketika Kiyai Giyombong mendengar berita tentang pertempuran pasukan Mataram dengan kompeni Belanda di daerah Ayah, dan dengan kemenangan di pihak Mataram. Kiyai Giyombong pun mengambil siasat untuk meminta perlindungan dari pihak Mataram agar penduduk Giyombong terbebas dari penderitaan dan kelaparan. Kemudian Kiyai Giyombong menghadap pasukan Mataram yang bermarkas di bukit Indrakila. Permintaan beliau pun disetujui, kemudian pasukan Mataram berpindah markas di daerah dapuran pring di sebelah selatan dukuh Giyombong.
Pertempuran sengit pun terjadi siang dan malam di daerah Giyombong, penduduk sudah tidak lagi kerja rodi pada kompeni, namun diperintahkan oleh bekel dukuh mereka untuk bahu membahu membantu pihak Mataram melawan Belanda. Belandapun mundur ke benteng pertahanannya. Dan pasukan matarm melanjutkan bergerilya ke daerah timur. Untuk mengenang jasa Kiyai Giyombong, dukuh yang semakin ramai kini menjadi ibukota kecamatan dan dikenal sebagai kota Gombong. Hingga sekarang masyarakat Gombong masih mempercayai beberapa (Piweling) Kiyai Giyombong, yang antara lain: “Eling-eling, mbesuk jaman rame, ing Giyombong (Gombong) ora bakal ana peperangan / rerusuhan maneh, nanging sing ana yaiku godane mung “ main lan royal

 

 


Read More
0



kegiatan kerja bakti dan kebersihan lingkungan

assalamu'alaikum wr.wb

   Dalam rangka mewujudkan kampung sehat, Remaja Desa Selokerto berinisiatif melakukan kegiatan kerja bakti lingkungan .
      Kegiatan kerja bakti lingkungan merupakan hal yang amat penting bagi masyarakat demi tercapai ligkungan yang bersih dan bebas dari penyakit. Akan tetapi, masih banyak orang yang mengacuhkan hal itu, terutama bagi warga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kita sebagai kaum remaja harus aktif dalam lingkungan. Karena sebagai generasi penerus bangsa, sudah seharusnya kita bergerak aktif dalam kegiatan-kegiatan lingkungan demi mencapai lingkungan yang bersih dan bebas dari sarang penyakit, karena sesungguhnya kebersihan adalah sebagian dari iman ... setuju nggak sob ??? :D
   Adapun berikut merupakan foto-foto kerja bakti lingkungan yang telah dilakukan di desa Selokerto Rt 05/03 Kedompon, Sempor, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia, dst :D ;














    **DALAM RANGKA MEMBERSIHKAN LAPANGAN BULU TANGKIS YANG SUDAH LAMA TAK TERPAKAI DAN TAK TERAWAT, PARA REMAJA DAN ANAK-ANAK DESA SELOKERTO BERINISIATIF UNTUK  MEMBERSIHKAN LAPANGAN TERSEBUT AGAR DAPAT DIGUNAKAN KEMBALI**

    Gambar diatas merupakan salah satu contoh kerja bakti lingkungan yang dilakukan oleh para remaja dan anak-anaak. Hal ini patut kita contoh supaya lingkungan kita bersih dan bebas dari sarang peyakit. Sebagai generasi muda, sudah sepantasnya kita bergerak maju untuk Indonesia yang bersih dan sehat, kalau bukan kita, siapa lagii ???
    Semoga dapat menjadi motivasi untuk menambah semangat kita, dan bermanfaat bagi para pembaca. Yang terpenting dalam hal ini, hedaknya kegiatan seperti ini di lakukan dengan rasa ikhlas tanpa rasa terpaksa, karena rasa ikhlas akan membuat suatu kenyamanan dalam bekerja, dan yang tak kalah penting adalah bukanlah bagaimana wujud kerja bakti itu, namun lebih utama pada nilai nilai yang terkandung didalamnya ..... :D
  
Read More